Tentang Sebuah Short Masseg
“Mb, ini…… aku mau
tny. Klo mask frms itu gmn ya?”
“Wah, brrt mb sk bnget
sm kimia ya?”
Aku
tercenung kembali mengingat percakapan singkatku dengan adik kelasku beberapa
waktu lalu lewat SMS. Rasanya nyesek banget. Ada sesuatu yang ganggu banget saat
dia menyampaikan dengan wow nya betapa hebatnya ketika aku bisa masuk farmasi.
Hegh! Rasanya kayak sejuta satu paku nancep nih di kepalaku.
Aku
mengingat kembali masa-masa perjuanganku saat galau-galaunya milih universitas.
Aku masih ingat semboyanku waktu SMP untuk memilih SMA 1 Karanganyar sebagai
pilihan pertama dan satu-satunya buatku. Dan UNS sebagai universitas yang aku
impikan. Yah, meskipun aku harus menanggung sindiran temen-temenku waktu itu.
Mereka bilang: “Halah, sekolah masa cuma
disitu doang sih?” So what?! That’s just a choice. My choice.
Aku
masih terus memikirkan UNS sebagai tempat mengail ilmu selanjutnya sampai akhir
kelas XI. Ketika temen-temenku mulai memimpikan ITB, UI atau minimal UGM. Tiga
universitas yang menjadi top threenya Indonesia. Aku cuma tersenyum tipis lalu
menimpali mereka, “Ah, aku yang deket-deket situ aja. Paling juga UNS.”
“KU ya,
Mi?”
“Nggak
ah, aku udah kehilangan sense ke KU.”
Aku
sering menertawakan impian kecilku itu. Entah kenapa waktu SD samapi SMP aku
masih ngebet banget masuk KU. Kayaknya wow aja bisa masuk ke kedokteran.
Hahaha… Tapi begitu aku tahu betapa nyebahinya yang namanya subota dan
kitab-kitabnya aku mundur teratur. Dan aku sudah kehilangan sense ke kedokteran begitu aku
mulai benar-benar jatuh hati dengan fisika. Tau nggak…bahkan selama SMA pelajaran
yang paling momok bagiku adalah kimia. Aku bisa gila kalau berhadapan dengan yang namanya kimia. Bahkan tawaran dari guruku
untuk mendalami kimia (gara-gara tingginya nilai kimiaku) aku tolak dengan
halus.
“Ah,
maaf Bu, udah ada fisika di hati.”
So…ketika
adik kelasku itu tanya dengan nada tak berdosa, aku akan menjawabnya dengan
jelas bahwa dari jaman aku kenal yang
namanya kimia, aku udah ilfil sama pelajaran satu itu. Entahlah…aku juga nggak
tau kenapa. Tapi sekalipun sesebelnya aku sama kimia, nilai kimiaku merangkak
naik terus tiap akhir semester. Meninggalkan nilai fisikaku jauh dibelakang
(ah….bete deh).
Aku
sering berdoa dalam hati kecilku: Ya Allah…semoga kalau aku kuliah aku nggak
akan lagi ketemu lagi yang namanya kimia. Amiiiiiin. Dan waktu kelas XII aku
diam-diam memupuk keinginanku untuk masuk sastra. Meskipun aku suka sastra dari
dulu, aku nggak punya planning untu mengambil fakultas sastra ketika duduk di
bangku kuliah. Kontan aja ortuku kaget waktu aku bilang kalau aku pingin masuk
sastra. Dimarahilah aku habis-habisa. Sedih? Jelaslah. Tapi yam au gimana lagi,
kan mereka yang nyekolahin aku. Mereka juga udah luluh waktu aku ngotot nggak
mau masuk kedokteran.
Mulai
galau lagi deh. Antara fisika, sastra dan pendidikan. Nah, aku mulai
mengerucutkan jalur pikiranku. Gimana kalau pendidikan fisika UNS.
Tapi….hiks…hiks….entah kenapa nilai fisika makin anjlok saat aku naik kelas
XII. Yah, nggak anjlok juga sih, menurun maksudnya. Bahkan niali seniku pun
behasil dengan gemilang merebut posisi fisika di 3 nilai terbaik rapotku.
Bhahaha….Sedih juga sih. Aku juga mulai
curiga kalau aku tuh cuma suka tanpa dasar sama fisika. Suka sih suka…tapi
bakat sih kagak. Hiks.
Hohoho….aku
tidak akan menyinggung soal kimia, Karena mapel satu itu udah aku singkirin
jauh-jauh dari lubuk hatiku. Pokoknya, jangan sampai deh kuliah entah
ngublek-ngublek lag yang namanya stekiometri, molal, molar, reaksi kimia dan
sederet kawannya itu. So…aku jelas
menghidari jurusan-jurusan yang mengarah ke maple satu itu. Kayak ya MIPA kimia, pendidikan
kimia, teknik kimia, farmasi, dll, dkk.
“Ayolah
mil, kamu jadinya milih apa?”
Itu
pertanyaan kawan deketku, Pipit, saat
pendaftaran jalur SNMPTN Undangan resmi dibuka. Galau deh…hadeh. Aku cuma
menggeleng. “Nggak tau lah. Bigung aku.” Mungkin anak-anak yang dapet jalur undangan ketika di tanya kayak gitu
pasti jawabannya sama. Tapi dibelakangnya masih ada embel-embelnya lagi.
Misalnya nih….
“Git,
kamu jadinya milih apa?”
“Nggak
tau, Mil. Tapi pengennya sih di Kesmas.”
“Lha
kamu, Rul?”
“Bingung
juga sih. Tapi rada codong ke PWK gitu sih.”
Kalang
kabut juga sih waktu temen-temen udah pada netepin pilihan. Walaupun bingung
tapi mereka seenggaknya udah mulai
nentuin pilihannya. Pilihan pertama ini, pilihan kedua itu. Dan aku?
Masih terkatung-katung dengan pertanyaan pada diriku sendiri, aku tuh sebaiknya
milih apa???? Sastra? Aku bakalan
dibantai ortu habis-habisan. Apalagi sudah ada warning dari pihak sekolah bahwa
anak-anak IPA kalau bisa jangan mengambil kursinya anak IPS. Aghhhh…tambah
sempitlah jalanku ke sastra.
“Lha
kamu sendiri milih apa, Pit?”
“Aku
mantep di farmasi mil. Farmasi itu….lalalalaala…”
Aku
sampai bengong sendiri mendengar penjelasannya yang plek-plek-plek. Beneran
niat banget tuh anak. Tap yah…bagus lah. Ketimbang aku coba. Sampai H- sekian sebelum
penutupan pendaftaran pun aku masih galau. Bahkan kayaknya aku udah pasrah, Ya
Allah apapun deh, yang penting kuliah. Desparate banget kan…kakaka.
“Lha
kamu apa, Mil? Ayolah Mil, biar kita-kita tahu siapa yang bakalan jadi saingan
ita di SNMPTN Undangan ini?” bujuk si Pipit lagi.
“Farmasi
mungkin,” godaku sumringah.
“Lho, kamu itu kayak gitu kok. Masa aku milih farmasi kamu juga milih itu.”
“Lho, kamu itu kayak gitu kok. Masa aku milih farmasi kamu juga milih itu.”
“Lhoh,
kan kita bisa saingan terus kalau kuliah bareng.”
Jujur
ya…waktu itu aku cuma bercanda waktu aku bilang kayak gitu. Maksudku kan
ngegodain dia gitu.
“Gimana
kalau gini aja, Mil. Kamu kedokteran UGM
aku yang Farmasi UGM. Gimana?” aku kayaknya nggak bisa lupa deh
ekspresinya waktu itu.
“Nggak
ah, aku di farmasi aja. Sama kayak kamu.” Aku beneran ngakak kalau inget
cemberutnya waktu itu.
Ah,
karena si Pipit ini ikut BM, jadi pendaftaran SNMPTNnya didahulukan ketimabang
yang jalur regular. Aku langsung shock berat waktu dia keluar dari ruang BK
buat ngisi blangko pendaftaran dengan senyum garing.
“Cie…cie…anak
UGM, farmasi nih…”
“Nggak
e mil, aku ganti. Aku milih Agronomi UGM tuh.”
:O…ya…what
the hell is going on? “Lha kenapa”
“Lha
kamu milih farmasi kok. Aku kan…”
ASTAGHFIRULLAH….aku
tuh nggak serius woy!!
At
least…aku mulai mikir buat masu KU lagi. Hadeh…kayaknya saking stressnya kali
ya. Tapi probabilitasku masuk KU UNS lewat undangan tuh kayak nggak ada deh.
Aku musti berjuang lewat jalur tulis. Apalagi bapak masih ngarepin banget aku
masuk KU. Dibela-belain juga jelasin ke aku kalau aku masuk KU kesempatanku
untuk sosial masyarakat lalalalal, dapet pahala lalalala, dan apalah itu aku
lupa tuh lebih besar. Aku manggut.
Temen-temen pun kayaknya dukung juga kalau aku masuk KU (halah padahal aku kan
nambahin saingan yang juag memperebutkan kursi di KU. Hahahah). H-3 aku putusin…ya udah deh KU aja. :D.
Bhahahaha…Plin-plan banget ya.
“KU
UGM sama KU UNS ya?” tawar bapak.
Gubrak!
Astaga!!!!!! Ya Rabb…bunuh diri itu. “Nggak mau. Sastra UGM sama KU UNS?”
negoku ulang.
Dan
setelah dibicarakn berjam-jam sampai panuan pantatku, akhirnya dipilihlah
pendidikan bio UNS (aku juga nggak tau kenapa aku milih ini, mungkin mengingat
kalau biologi nggak jelek-jelek amat dan aku masih semangat ketemuan sama
pelajaran satu itu), KU UNS, Sastra UGM (terserah kamu mau masuk apa. Yes. Oke!
Besok jadwal pendaftran buat kelasku dan aku siap.
Aku
nggak tau rencana apa yang Allah persiapkan untukku. Aku sakit. Panas tinggi di
hari pengisian data buat anak-anak kelasku. Pingin nangis rasanya. Ya
Allah….tapi ya badan aja kayak nggak bisa gerak di tempat tidur. Esoknya walaupun belum
sembuh, aku bela-belain ke sekolah. Yah berjuang ngisi pilihan di ruang BK.
Jalan aja mau pingsan rasanya. Pipit yang nemenin.
“Ehm…Pak,boleh
lihat temen-temen pada pilih apa gitu nggak, Pak?” cengirku saat aku mau
mengisi blangko Undangan.
Bukan
jawaban yang aku dapet tapi malah serentetan nasihat yang intinya aku tuh milih
nggak boleh terengaruh sama temen-temen. Ah…please deh. Aku tuh cuma mau ngulur
waktu sambil memantapkan hatiku buat pilihanku. Nah, sensasi waktu ngisi
universitas pilihan aku ngerasa kalau aku benra blangk. Rencana yang aku susun
matang-matang hilang semuanya. UNS pilihan pertama dan UGM pilihan kedua.
Dan
aku nggak tau kenapa waktu itu aku nulisnya kebalik. UGM pilihan pertama, UNS
pilihan kedua. Dan aku nggak merasa kalau itu aneh. Trus ngisi prodi. Tiba-tiba
au langsung ngisi farmasi dan TPHP (coba aku kepikiran apa ini) dan KU di UNS. Aku
masih inget waktu aku tanya sama Partini, kawanku beda kelas....
“Eh,
Tin…pilihamu yang TP…TP tuh apa?”
“Teknik
Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian maksudmu. TPHP?”
Aku
langsung mengangguk dan menuliskan pilihan TPHP di blangko pengisian undangan.
Aku yakin kalau waktu itu aku beneran blank. Atau jangan-jangan saking
depresinya ikutan jam ke-nol, pemadatan, ngerjain tugas, dan lain-lain, otakku
mulai hang ya. Entahlah. Dan begitu keluar dari ruang BK, dengan tampang polos aku tanya Partini lagi. “Tin,
kalau TPHP tuh melajarin apa sih?” Bhahaha…
Aku
masih mikir kalau TPHP tuh masuk pertanian. Jadi ya aku nggak perlu terlalu
khawatir kalau pilihan pertamaku di UGM tinggi banget. Tapi waktu Mas Joko,
kakak iparku yang dosen di UGM telfon, dia bilang kalau TPHP temaptnya mengajar
tuh bukan fakultas pertanian. Tapi fakultas yang berdiri sendiri dan
eksistensinya cukup tinggi di UGM. Intinya tuh fakultas favorit gitu lah.
Pucatlah aku. Hahaha…ya udah deh. Belajar yang keras aja baut bisa masuk KU
UNS. Kalau emang jalannya disana ya mau gimana. :D
To be continued.......
0 komentar:
Posting Komentar